CENTRALNESIA – Kemenangan mengesankan Barcelona dengan skor 4-0 atas Real Madrid dalam pertandingan El Clasico di Liga Spanyol pada Minggu (27/10) dini hari WIB menunjukkan bahwa tim yang dikenal sebagai “Blaugrana” siap kembali bersaing di pentas Eropa.
Robert Lewandowski mencetak dua gol, ditambah gol dari Raphinha dan Lamine Yamal, mengukuhkan Barcelona sebagai klub yang layak diperhitungkan dengan potensi meraih berbagai trofi.
Barcelona kehilangan citra “menakutkan” mereka sejak meraih treble pada tahun 2015, mencakup Liga Spanyol, Liga Champions UEFA, dan Copa del Rey. Sejak saat itu, manajemen klub melakukan sejumlah kesalahan, termasuk keputusan kontroversial melepas Neymar ke Paris Saint-Germain pada tahun 2017.
Transfer Neymar senilai 222 juta euro (sekitar Rp3,5 triliun) menjadi yang tertinggi dalam sejarah sepak bola. Kepergiannya mendorong Barcelona untuk mencari pengganti dengan mengeluarkan dana besar untuk pemain seperti Ousmane Dembélé, Antoine Griezmann, dan Philippe Coutinho, masing-masing di atas 100 juta euro.
Di tengah pencarian pemain bintang, Barcelona mengabaikan produk akademi mereka, La Masia, yang sebelumnya menjadi tulang punggung kesuksesan klub. Akibatnya, prestasi Barcelona menurun drastis, termasuk kekalahan memalukan 2-8 dari Bayern Muenchen di perempat final Liga Champions UEFA 2019-2020.
Kondisi buruk ini memicu pengunduran diri Presiden Josep Bartomeu, yang juga terlibat dalam skandal “Barcagate”. Pemilihan presiden klub pada Maret 2021 dimenangkan oleh Joan Laporta, yang merupakan salah satu presiden paling sukses, berhasil meraih enam trofi dalam satu musim (2008-2009).
Laporta memiliki tantangan besar untuk membersihkan warisan buruk Bartomeu, tetapi ia perlahan membawa Barcelona ke jalur yang benar.
Dua Senjata
Langkah pertama Laporta di periode keduanya adalah merekrut mantan gelandang Xavi Hernandez sebagai pelatih pada November 2021 untuk menggantikan Ronald Koeman. Xavi berhasil mempersembahkan dua trofi, yaitu La Liga dan Piala Super Spanyol, serta memperkenalkan 15 pemain muda dari La Masia ke tim utama meskipun dalam situasi keuangan yang tidak stabil.
Pemain-pemain muda tersebut menjadi kekuatan utama Barcelona dalam persaingan di Eropa, memperoleh pengalaman berharga dari kolaborasi dengan pemain senior seperti Lewandowski dan Raphinha.
Kebijakan Xavi dilanjutkan oleh Hans-Dieter “Hansi” Flick, yang diangkat sebagai pelatih pada akhir Mei 2024. Dalam menghadapi tantangan keuangan, Flick juga mempromosikan alumni La Masia ke tim senior, termasuk Marc Bernal, Sergi Dominguez, dan Gerard Martin.
Saat Barcelona menghancurkan Real Madrid 4-0 di Santiago Bernabeu, Flick menurunkan lima jebolan La Masia sejak menit pertama. Lamine Yamal bahkan mencetak gol, menjadikannya pencetak gol termuda dalam sejarah El Clasico, sementara Alejandro Balde dan Marc Casado masing-masing mencatatkan satu assist.
Kedua senjata tersebut—pemain muda dan strategi pertahanan—berkontribusi besar bagi Barcelona. Di bawah pengawasan Flick, tim ini mengandalkan taktik jebakan offside yang efektif, berhasil menjebak lawan sebanyak tujuh kali per pertandingan, menjadikannya yang tertinggi di antara klub-klub Eropa.
Namun, Hansi Flick masih memiliki tantangan besar untuk menjaga kebugaran pemain dan mempertahankan konsistensi performa. Waktu yang akan menentukan keberhasilan Barcelona ke depannya.
More Stories
Real Madrid Bisa Jadi Pinjamkan Endrick Tahun Depan
Leganes Melontarkan Sindiran untuk Vinicius Jelang Laga Melawan Real Madrid
Mbappe Dianggap Membuat Real Madrid Merasa Tidak Nyaman