
CENTRALNESIA – Pencapaian Timnas Indonesia di Piala AFF bisa dibilang tidak buruk. Sejak pertama kali digelar pada 1996 dengan nama Piala Tiger, Indonesia telah mencapai final sebanyak enam kali: 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020. Namun, meski sudah berulang kali tampil di babak puncak, Timnas Indonesia tak pernah meraih gelar juara. Hasil ini lantas melahirkan julukan “spesialis runner-up” bagi Indonesia.
Setiap edisi Piala AFF menghadirkan kisah yang penuh drama dan sensasi. Di edisi 2004, misalnya, nama Boaz Solossa mencuat sebagai bintang muda yang sangat diperhitungkan. Pada usia 18 tahun, Boaz sudah menjadi ancaman serius di lini depan. Pelatih Peter Withe memadukan Boaz dengan Ilham Jaya Kesuma, pemain senior yang sudah lebih dahulu terkenal. Performa luar biasa Boaz di turnamen ini membuahkan empat gol, hanya kalah tiga gol dari Ilham Jaya Kesuma yang menjadi top skorer dengan tujuh gol.
Timnas Indonesia dengan kekuatan pemain-pemain terbaik seperti Mahyadi Panggabean, Elie Aiboy, Kurniawan Dwi Yulianto, Charis Yulianto, Ponaryo Astaman, dan Mauly Lessy akhirnya kembali melaju ke final, bertemu Singapura. Sayang, meski tampil impresif, Indonesia kalah dua kali berturut-turut dengan skor 1-3 di leg pertama dan 1-2 di leg kedua, membuat mereka kembali pulang tanpa gelar juara.
Panggung Bambang Pamungkas dan Kurniawan Dwi Yulianto
Tak hanya Boaz, Piala AFF juga menjadi ajang pembuktian bagi dua legenda Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas. Kurniawan yang tampil di tiga Piala AFF (1996, 1998, 2004) mencetak 13 gol, sementara Bambang Pamungkas, dengan enam edisi keikutsertaan (2000, 2002, 2007, 2008, 2010, 2012), berhasil mengemas 12 gol. Bambang juga menjadi salah satu pemain Indonesia dengan penampilan terbanyak di turnamen tersebut.
Nama Gendut Doni Christiawan dan Budi Sudarsono juga tak bisa dilupakan. Doni menjadi pencetak gol terbanyak Indonesia pada Piala AFF 2000 dengan lima gol, sementara Budi Sudarsono mencetak empat gol untuk membawa Indonesia ke final pada 2008.
Drama Penguras Emosi
Sejarah Piala AFF Indonesia juga dihiasi dua laga adu penalti yang menguras emosi. Pada 1998, Indonesia bertemu Thailand dalam perebutan tempat ketiga. Setelah bermain imbang 3-3, Indonesia akhirnya menang 5-4 lewat drama adu penalti yang melibatkan Uston Nawawi, Bima Sakti, Yusuf Ekodono, Kuncoro, dan Imam Riyadi.
Namun, kekalahan yang paling menyakitkan terjadi di final Piala AFF 2002. Indonesia, yang menjadi tuan rumah, berhadapan dengan Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Setelah bermain imbang 2-2, Indonesia kalah dalam adu penalti 2-4 meski Thailand bermain dengan 10 orang sejak menit ke-57. Kekalahan ini sangat menyakitkan, terutama karena Indonesia gagal dalam eksekusi penalti yang dilakukan oleh Bejo Sugiantoro dan Firmansyah.
Penantian Juara yang Tak Kunjung Tiba
Dengan segala drama dan perjuangan, Indonesia masih belum berhasil meraih juara di Piala AFF. Apakah tahun 2024 akan menjadi tahun yang berbeda? Timnas Indonesia, yang kini dihiasi pemain-pemain muda dengan usia di bawah 22 tahun, berharap bisa mengakhiri penantian panjang tanpa gelar juara. Waktu akan menjawab, namun perjalanan ini pasti tetap menjadi bagian penting dari sejarah sepak bola Indonesia.
More Stories
Jadwal dan Perjalanan Timnas Indonesia di Piala Asia U-20 2025
Borneo FC Hadapi Cong An Hanoi Tanpa Peralta, Tetap Optimis ke Semifinal ASEAN Club Championship
Argentina Kalahkan Indonesia 4-2 di Turnamen 4 Nations World Series 2025