CENTRALNESIA – Manchester United memutuskan untuk menghentikan pembelian pemain mahal di bawah era manajer Ruben Amorim, yang lebih memilih memaksimalkan potensi skuad yang ada dan mengembangkan pemain-pemain muda dari akademi. Keputusan ini menandai perubahan signifikan setelah periode belanja besar yang dilakukan oleh Erik ten Hag selama dua tahun terakhir, dengan total pengeluaran mencapai Rp 11 triliun.
Pada masa Ten Hag, MU banyak membeli pemain muda di bawah usia 20 tahun, dengan beberapa di antaranya tampil impresif seperti Lisandro Martinez. Namun, ada juga yang belum memenuhi ekspektasi, seperti Antony yang dianggap flop. Untuk dua bursa transfer mendatang, Januari 2025 dan Juli 2025, MU hanya akan mengalokasikan anggaran terbatas dan tidak lagi melakukan belanja besar.
Dengan kedatangan Ruben Amorim, harapan besar ditujukan pada kemampuannya untuk memoles pemain-pemain muda yang ada, seperti Rasmus Højlund dan Mason Mount. Selain itu, talenta dari akademi MU seperti Alejandro Garnacho dan Kobbie Mainoo yang sudah mulai menunjukkan kemampuan mereka, diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar di tim utama.
Amorim sendiri dikenal karena keberhasilannya mengembangkan pemain muda saat di Sporting CP, dengan salah satu contoh suksesnya adalah Viktor Gyökeres, yang kini dianggap sebagai calon pemain top. Pendekatan ini diharapkan dapat membawa Manchester United untuk kembali ke jalur yang benar, mengembangkan talenta sendiri, dan mencapai kesuksesan jangka panjang tanpa harus terus-menerus bergantung pada belanja pemain mahal.
More Stories
Jadwal Liga Inggris Pekan Ini: Pertandingan Perdana Ruben Amorim di Manchester United
Leroy Sane Respon Dingin atas Ketertarikan MU dan Arsenal
Erik ten Hag Kembali ke Manchester Setelah Dipecat oleh MU, Apa Rencananya?